MEDAN – Pemerintah daerah Sumatra Utara mengajak investor Jepang berinvestasi pada tiga sektor, yaitu pertanian, pendidikan, dan kesehatan. Ketiga sektor tersebut menjadi sektor yang sangat dibutuhkan di provinsi tersebut.
“Untuk menawarkan investasi, Pemerintah Provinsi Sumatra Utara melakukan pertemuan dengan investor Jepang yang tergabung dalam ASEAN Nagoya Club di Jakarta,” ujar Wakil Gubernur Sumatra Utara (Sumut) Musa Rajekshah di Medan, seperti dikutip dari Antara, Senin (22/10).
Menurutnya, investasi di bidang pertanian, pendidikan, kesehatan, termasuk pengelolaan sampah sangat diharapkan, mengingat potensi yang masih besar di bidang tersebut. Selain itu, sektor-sektor tersebut juga sangat dibutuhkan masyarakat.
“Adanya investasi itu dipastikan dapat memberi dampak besar secara ekonomi, peningkatan lapangan kerja, serta kesejahteraan masyarakat Sumut keseluruhan,” ujarnya.
Menurut Ijeck, panggilan akrab Wakil Gubernur Sumut itu, pengusaha Jepang itu mengaku tertarik menanamkan modal baru atau meningkatkan investasi di Sumut. “Akan ada pertemuan lanjutan dengan ASEAN Nagoya Club untuk membahas rencana investasi secara lebih serius lagi,” ucapnya.
Ke depannya, kata Ijeck, Pemprov Sumut akan membawa dan mengenalkan pemerintah dan pengusaha kabupaten/kota kepada investor Jepang. Ijeck menyebutkan, potensi investasi di daerah masih cukup besar termasuk di sektor pariwisata .
“Dengan bertemu langsung dan berkunjung ke daerah-daerah yang direncanakan kerja sama investasi, maka diyakini investor bisa cepat memberi keputusan jadi tidak menanamkan modalnya,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Office Asean Nagoya Club Hisaya Matsuhita, mengatakan ada beberapa sektor yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan bersama antara Jepang dan Indonesia.
Salah satunya adalah dalam pengelolaan sampah yang bukan saja menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga peluang bisnis dari hasil sampah itu. “Pengusaha dan Pemerintah Provinsi Sumut bisa bertemu dengan Pemerintah Kota Nagoya,” ujarnya.
Adapun bidang lainnya yang diminati Jepang, kata Hisaya, adalah kerja sama pengadaan tenaga kerja di bidang kesehatan seperti perawat.
Sekadar informasi, Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan, untuk periode Januari – Juni 2018, Jepang (US$2,4 miliar) atau 15,7% menjadi investor terbesar kedua di Indoensia setelah Singapura yang tercatat sebesar US$5,0 miliar atau 33,0%.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapresiasi pengusaha asal Jepang yang teguh berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Sulawesi Tengah, setelah terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di daerah itu.
“Tentunya kami mengapresiasi investor yang tetap mau investasi,” kata Airlangga.
Dalam dialog tersebut, Presiden Direktur PT Bangun Palu Sulawesi Tengah Mulhanan Tombolotutu sebagai pengelola KEK Palu menyampaikan bahwa PT Hashimoto Gemilang Indonesia tetap akan berinvestasi di kawasan tersebut pascagempa bumi dan tsunami.
“Kami sudah sampaikan telah terjadi bencana di Palu. Tapi mereka tidak peduli, mereka tetap akan berinvestasi dan membangun industri di sini,” ujar Mulhanan kepada Menperin.
Ia memaparkan bahwa investor asal Jepang tersebut akan membangun industri chips yang akan digunakan sebagai bahan baku pembangkit listrik yang berasal dari cangkang sawit.
“Mereka akan ekspor produknya ke Jepang. Nilai investasinya belum tahu, mereka juga menggandeng Astra,” ungkap Mulhanan.
Menurut Mulhanan, investor asal Jepang tersebut bersedia tetap berinvestasi karena mereka percaya bahwa bencana tersebut merupakan siklus 50 tahunan, dan apabila bangunan di sekitar KEK Palu dibangun kembali dengan konstruksi lebih baik maka dapat tahan gempa hingga 7 skala richter.