• Latest
  • Trending
Rupiah Anjlok dan Alarm Krisis Palsu?

Rupiah Anjlok dan Alarm Krisis Palsu?

September 9, 2018
Kemenhub Bangun Empat Bus Air

Kemenhub Bangun Empat Bus Air

March 10, 2020
Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Danau Toba Jumat 13 Maret

Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Danau Toba Jumat 13 Maret

March 10, 2020
Jokowi Teken Perubahan Nama Kabupaten Toba Samosir Jadi Toba

Jokowi Teken Perubahan Nama Kabupaten Toba Samosir Jadi Toba

March 10, 2020
Benarkah perusahaan di Indonesia mendanai gerakan separatis Papua?

Benarkah perusahaan di Indonesia mendanai gerakan separatis Papua?

March 10, 2020
Aksi Protes terhadap PT Toba Pulp milik grup APRIL terus berlanjut

Aksi Protes terhadap PT Toba Pulp milik grup APRIL terus berlanjut

March 6, 2020
Jalur Layang Kereta Api di Medan Mulai Dioperasikan

Jalur Layang Kereta Api di Medan Mulai Dioperasikan

December 4, 2019
Ibu dan 5 Anaknya asal Medan Ditemukan Hidup Terlantar di Hutan Malaysia

Ibu dan 5 Anaknya asal Medan Ditemukan Hidup Terlantar di Hutan Malaysia

December 4, 2019
Hakim PN Medan Diduga Dibunuh Orang Dekat

Hakim PN Medan Diduga Dibunuh Orang Dekat

December 3, 2019
Jelang Nataru, Kemenhub Mengukur Ulang Kapal bagi 124 Unit Kapal Danau Toba

Jelang Nataru, Kemenhub Mengukur Ulang Kapal bagi 124 Unit Kapal Danau Toba

December 3, 2019
Korupsi Wali Kota Medan, KPK Cegah Saksi Swasta ke Luar Negeri

Korupsi Wali Kota Medan, KPK Cegah Saksi Swasta ke Luar Negeri

November 30, 2019
Merokok Sembarangan, 18 Warga di Medan Disidang

Merokok Sembarangan, 18 Warga di Medan Disidang

November 30, 2019
Jelang Oprasi Lilin, Ditlantas Sumut Kekurangan Personil

Jelang Oprasi Lilin, Ditlantas Sumut Kekurangan Personil

November 29, 2019
Toba Berita
No Result
View All Result
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • North Korea
      • China
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United States
    • United Kingdom
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Free Speech
      • Democracy
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health & Fitness
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports
Tuesday, January 19, 2021
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • North Korea
      • China
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United States
    • United Kingdom
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Free Speech
      • Democracy
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health & Fitness
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports
No Result
View All Result
Toba Berita
No Result
View All Result

Rupiah Anjlok dan Alarm Krisis Palsu?

September 9, 2018
in Economy, Featured, Free Market, Indonesia News
0
Home Business Economy
Post Views: 131

Berita tak mengenakkan datang dari situs berita CNBC. Rupiah Indonesia diberitakan jatuh ke level terlemahnya terhadap dolar dalam lebih dari 20 tahun. Bank Sentral dan pemerintah bersepakat akan melakukan tindakan yang lebih agresif. Nilai tukar rupiah jatuh ke 14.777 per dolar beberapa hari yang lalu, level terlemah sejak 1998 dan penurunan hingga 8,93 persen sejak awal tahun.

“Tingginya obligasi asing yang dipasangkan dengan utang korporasi Indonesia yang meningkat, juga membuat rawan (Indonesia Rupiah) cenderung lebih lemah,” Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Bank Mizuho, mengatakan kepada CNBC.

Di sisi lain, sentimen negatif yang diembuskan tidak begitu terlihat di lantai bursa Indonesia, meski investor asing tercatat masih melakukan jual bersih (net sell) pada perdagangan hari Selasa (4/9/2018). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi jual bersih hingga senilai Rp 431,31 miliar pada perdagangan hari ini. Investor asing melakukan aksi beli sekitar 486,61 juta lembar saham senilai Rp 1,29 triliun. Adapun aksi jual investor asing tercatat 733,90 juta lembar saham senilai sekitar Rp 1,72 triliun.

Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa mencapai sekitar Rp 5,56 triliun dengan volume perdagangan tercatat  8,67 miliar lembar saham.

Aksi Lanjutan

Aksi jual bersih ini merupakan lanjutan dari aksi yang sama pada 31 Agustus dan 3 September lalu. Saat itu, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 305,91 miliar dan Rp 434,743 miliar. Di sisi lain, mulai l 27 Agustus, investor asing juga melakukan aksi beli bersih dengan kisaran di atas Rp 300 miliar. Aksi jual terselip pada 29 Agustus, yakni sebesar Rp 480,67 miliar.

Apakah ini tanda-tanda bahwa rupiah akan kembali membaik? Kemungkinan ke arah itu bisa saja terjadi. Yang menarik, para analis asing masih berkeyakinan bahwa pelemahan rupiah akan terus berlangsung. Menurut Moody’s, Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki sekitar 41 persen utang dalam mata uang asing. Jika rupiah terdepresiasi lebih lanjut, utang itu akan lebih mahal untuk dibayar kembali.

Risiko lanjutan datang dari meningginya impor, terutama terkait tingginya harga minyak akibat dari sanksi Iran. Harga minyak yang tinggi berakibat pada tingginya impor negara yang didominasi oleh impor migas.  Yang menarik, menurut ekonom dari Bank DBS Singapura, Radhika Rao, intervensi yang dilakukan otoritas terkait mungkin tidak efektif.

Mr Huynh, kepala investasi Deutsche Bank Wealth Management untuk Asia Pasifik, menulis dalam laporan baru-baru ini bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia membuatnya rentan terhadap krisis pendanaan. Dia mencatat bahwa defisit melebar menjadi US$ 2 miliar pada bulan Juli, defisit bulanan terbesar sejak Juli 2013.

Dari dalam negeri, perbedaan pendapat pun mulai terjadi antara pemerintah dengan wakil rakyat. DPR menuding pemerintah selalu mengkambinghitamkan kondisi ekonomi global yang bergejolak sebagai penyebab pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Menjawab tudingan tersebut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menegaskan bahwa depresiasi yang melanda rupiah memang diakibatkan oleh sentimen eksternal. Selain itu, anjloknya rupiah juga sebagai imbas dari krisis yang terjadi beberapa negara, antara lain Turki dan Argentina.

Dia menegaskan, pemerintah tidak berdiam diri saja dengan kondisi tersebut. Untuk melindungi fundamental ekonomi domestik, pemerintah telah mengambil beberapa keputusan yang cukup berani. Salah satunya adalah upaya menyelamatkan defisit neraca perdagangan dengan cara mengurangi impor agar rupiah bisa kembali terdongkrak.

Kebijakan tersebut berupa penyesuaian tarif pajak penghasilan (PPh) impor untuk 900 komoditas impor. Aturan akan segera diterbitkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Dia berharap dengan dikeluarkannya  PMK tersebut dapat mengurangi celah antara impor dan ekspor yang saat ini cukup jauh. Selain itu, kebijakan tersebut juga bertujuan menjaga kekuatan cadangan devisa Indonesia agar stabilitas rupiah tetap terjaga.

Sri Mulyani juga mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah tengah mengkaji ulang beberapa proyek infrstruktur dengan bahan baku impor yang pengerjaannya bisa ditunda hingga kondisi rupiah stabil. Mendukung koleganya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, juga mengatakan bahwa saat ini ekonomi Indonesia dalam keadaan baik, meski tetap perlu waspada.

Darmin meminta masyarakat untuk tidak membandingkan nilai tukar rupiah saat ini dengan saat krisis 1998 sebab kondisinya sangat jauh berbeda. Meski nilai tukar rupiah sama-sama tembus Rp 14 ribu, posisi awal rupiah jauh berbeda. Pada 1998, rupiah tembus Rp 14 ribu setelah sebelumnya berada di posisi Rp 2.800 per dolar AS. Sekarang peluruhan nilai itu berlangsung dari Rp 13 ribu ke Rp 14 ribu. Tahun 2014, kondisi itu terjadi dari Rp 12 ribu ke Rp 14 ribu.

Ditambahkan, saat ini kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan 1998, meski salah satu kelemahan masih dialami Indonesia, yaitu soal transaksi berjalan yang defisit. Itu pun menurut Darmin hanya pada kisaran 3%, sedangkan pada 2014 besarannya malah mencapai 4,2%. Apalagi pertumbuhan di Indonesia masih meyakinkan, yakni sedikit di atas 5%.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa penguatan rupiah tidak bisa lepas dari peran Tuhan, pemerintah, dan pengusaha. Perry juga mengapresiasi langkah pemerintah yang terus berupaya melakukan beberapa kebijakan untuk menguatkan rupiah.

“Konteks itu saya tentu saja apresiasi kepada pemerintah yang telah dan akan terus melakukan langkah-langkah konkret untuk menurunkan defisit transaksi berjalan. Saya garisbawahi konkret karena memang sejumlah langkah telah dan akan terus dilakukan,” ujarnya.

Selain itu, Perry juga menegaskan bahwa sektor pariwisata juga telah memberi sumbangsih bagi penguatan cadangan devisa. Plus, aksi para pengusaha yang telah menukar valuta asing (valas) yang mereka miliki.

Di sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa pelemahan nilai tukar rupiah juga berefek negatif bagi industri yang produksi atau operasionalnya bergantung terhadap mata uang Negeri Paman Sam. Salah satunya adalah industri perbankan sebab pelemahan rupiah dapat meningkatkan risiko kredit macet (non-performing loan/NPL). Terlebih, jika debitur suatu bank merupakan pelaku usaha yang berkaitan dengan bahan baku impor atau memiliki utang dolar AS dalam jumlah besar, sedangkan pendapatan mereka dalam rupiah.

Pukulan telak juga dirasakan industri penerbangan akibat melemahnya rupiah. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (Inaca) Bidang Penerbangan Berjadwal, Bayu Sutanta, mengatakan bahwa beban biaya sektor penerbangan bertambah berat akibat pelemahan rupiah yang sudah mendekati 15 ribu per dolar AS.

Bayu mengatakan, industri penerbangan sangat terdampak pelemahan rupiah karena ada peningkatan komponen biaya. “Komponen biaya yang dipengaruhi langsung dan tidak langsung akibat kurs solar adalah 70 persen, tambah berat biayanya,” kata dia.

Harga tersebut bisa berimbas kepada harga tiket bila tarif batas bawah tidak kunjung dinaikkan. Pasalnya, berdasarkan penelusuran ke salah satu maskapai, pajak yang dikenakan untuk penerbangan luar negeri pun melonjak.

Apakah harga hanya untuk penerbangan luar negeri? Tentu saja tidak karena penerbangan domestik juga masih memakai bahan bakar yang sama. Sebagian besar volumenya adalah hasil impor. Bagaimana mungkin ada klaim kenaikan wisatawan dengan kenaikan ongkos transportasi penerbangan seperti sekarang?

Inilah salah satu misteri yang belum bisa dicerna publik Indonesia, di mana ujungnya adalah seberapa kuat kemampuan pemerintah menahan gempuran terhadap pelemahan mata uang garuda.

Source :
thepressweek.com
Tags: Bank Indonesiadarmin nasutionDBSDOLARDPREksporImporjokowiKRISIS MEI 98ma''ruf aminMOODY'SNilai Tukar RupiahPERRY WARJIYORUPIAHSri MulyaniSusilo Bambang Yudhoyono
Next Post
Tukang Nasgor sampai Pecinta Harley Deklarasi Dukung Jokowi

Tukang Nasgor sampai Pecinta Harley Deklarasi Dukung Jokowi

Translate

Popular Post

Kemenhub Bangun Empat Bus Air
Featured

Kemenhub Bangun Empat Bus Air

March 10, 2020
0

  Dalam mendukung terlaksananya kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Jayapura Provinsi Papua serta percepatan pembangunan di wilayah Kawasan...

Read more
Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Danau Toba Jumat 13 Maret

Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Danau Toba Jumat 13 Maret

March 10, 2020
Jokowi Teken Perubahan Nama Kabupaten Toba Samosir Jadi Toba

Jokowi Teken Perubahan Nama Kabupaten Toba Samosir Jadi Toba

March 10, 2020
Benarkah perusahaan di Indonesia mendanai gerakan separatis Papua?

Benarkah perusahaan di Indonesia mendanai gerakan separatis Papua?

March 10, 2020
Aksi Protes terhadap PT Toba Pulp milik grup APRIL terus berlanjut

Aksi Protes terhadap PT Toba Pulp milik grup APRIL terus berlanjut

March 6, 2020
  • About Us
  • Creative Commons
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Terms & Conditions
  • Contact Us

Topics

Follow Us

About Us

Toba Berita is part of Toba Berita Media Group LLC, which delivers daily news around the globe.

© 2011 Toba Berita

No Result
View All Result
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • North Korea
      • China
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United States
    • United Kingdom
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Free Speech
      • Democracy
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health & Fitness
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports

© 2011 Toba Berita