Tiga hari lalu dua peluru nyasar menembus kaca ruang kerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Golkar dan Fraksi Gerindra. Peluru menembus ruangan anggota Fraksi Gerindra, Wenny Warouw, dan anggota Fraksi Golkar, Bambang Heri Purnama.
Ketika peristiwa tersebut terjadi, Wenny sedang menerima dua tamu di ruangannya. Sementara itu, Bambang sedang tidak berada di ruangan, tetapi peluru nyaris mengenai salah satu staf Bambang.
Peluru nyasar rupanya juga bersarang di ruangan anggota DPR dari Fraksi Demokrat dan PAN. Namun, peristiwa tersebut baru diketahui belakangan karena kebetulan Vivi Sumantri Jayabaya dari Fraksi Demokrat dan Totok Daryanto dari PAN sedang tidak berada di ruangan.
Peluru nyasar tersebut diduga dari lapangan tembak yang letaknya tidak jauh dari gedung DPR. Polisi pun telah menetapkan tersangka, yaitu dua aparat sipil negara (ASN) dari Kementerian Perhubungan yang sedang latihan menembak. Keduanya diketahui juga bukan anggota Perbakin, seperti yang diberitakan sebelumnya. Mereka menggunakan senjata jenis Glick 17 dan AKAI Custom. Kedua senjata tersebut diketahui milik Perbakin dan biasa disimpan di gudang senjata Perbakin.
Bisa Perkeruh Suasana
Peristiwa ini tentu menimbulkan berbagai asumsi. Apalagi sekarang ini sudah mulai memasuki tahun politik. Segala sesuatu yang terjadi bisa saja dihubungkan dengan situasi politik. Intrik politik kerap terjadi. Mulai dari hoax Ratna Sarumpaet sampai dengan kegalauan pemerintah dalam penetapan harga BBM pun dipolitisasi.
Peristiwa ini bisa saja unsur ketidaksengajaan, tetapi sangat mungkin dimanfaatkan pihak-pihak tertentu dengan kaitan politik. Segala kemungkinan memang terjadi, tetapi dugaan sementara adalah unsur ketidaksengajaan karena mereka sedang berlatih.
Kendati demikian, perlu kehati-hatian sejumlah pihak dalam hal ini, terutama dari pihak Perbakin ketika melepaskan atau membiarkan nonanggota berlatih. Pasalnya peluru nyasar ini bisa membahayakan siapa saja dan bisa jadi menjadi teror bagi mereka yang berkantor atau berada di sekitar tempat latihan menembak tersebut.
Wakil Ketua MPR, Ahmad Muzani, mengatakan bahwa ketidaksengajaan ini juga bisa dimanfaatkan orang lain untuk melakukan teror. Sebab, sangat mungkin ke depannya ada peristiwa teror yang mengatasnamakan unsur ketidaksengajaan atau dengan alasan latihan menembak.
Menurut Muzani, peristiwa kemarin tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada antisipasi dari berbagai pihak, termasuk juga peningkatan keamanan di gedung DPR. Selain itu, lapangan tembak juga berbatasan dengan instansi pemerintah, yaitu kantor Kemenpora dan Hotel Mulia. Pastinya akan banyak orang dari berbagai kalangan yang beraktivitas di dua kantor tersebut.
Pengamanan di Lapangan Tembak haruslah diperketat. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, tidak dapat disepelekan dan diabaikan begitu saja. Apalagi ini mengancam nyawa siapa saja. Wajar kiranya jika anggota DPR mengalami ketakutan dan merasa ada teror yang mengancam nyawa mereka. Terlebih lagi mereka yang ruang kerjanya berhadapan langsung dengan Lapangan Tembak Senayan.
Perbakin perlu mengkaji dan mengevaluasi kembali kegiatan latihan menembak. Tentu sangat mengkhawatirkan jika peluru bisa melesat mencapai gedung DPR. Perbakin juga harus memeriksa kembali penggunaan senjata. Fatal sepertinya jika pelaku penembakan senyatanya bukan anggota Perbakin.
Kecurigaan jika itu bukanlah unsur ketidaksengajaan karena jarak antara gedung DPR dan tempat latihan menembak lebih kurang 400 meter. Selain itu peluru nyasar tersebut bisa mencapai lima ruangan berbeda, di lantai yang berbeda pula. Wajar kiranya jika ini menimbulkan ketakutan dan dugaan yang beragam.