• Latest
  • Trending
Dari Rumah Makan, Tukang Jagal Takut Rabies, Stroke Akibat Makan Anjing Hingga Mitos Digonggong (2)

Dari Rumah Makan, Tukang Jagal Takut Rabies, Stroke Akibat Makan Anjing Hingga Mitos Digonggong (2)

February 24, 2018
Kemenhub Bangun Empat Bus Air

Kemenhub Bangun Empat Bus Air

March 10, 2020
Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Danau Toba Jumat 13 Maret

Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Danau Toba Jumat 13 Maret

March 10, 2020
Jokowi Teken Perubahan Nama Kabupaten Toba Samosir Jadi Toba

Jokowi Teken Perubahan Nama Kabupaten Toba Samosir Jadi Toba

March 10, 2020
Benarkah perusahaan di Indonesia mendanai gerakan separatis Papua?

Benarkah perusahaan di Indonesia mendanai gerakan separatis Papua?

March 10, 2020
Aksi Protes terhadap PT Toba Pulp milik grup APRIL terus berlanjut

Aksi Protes terhadap PT Toba Pulp milik grup APRIL terus berlanjut

March 6, 2020
Jalur Layang Kereta Api di Medan Mulai Dioperasikan

Jalur Layang Kereta Api di Medan Mulai Dioperasikan

December 4, 2019
Ibu dan 5 Anaknya asal Medan Ditemukan Hidup Terlantar di Hutan Malaysia

Ibu dan 5 Anaknya asal Medan Ditemukan Hidup Terlantar di Hutan Malaysia

December 4, 2019
Hakim PN Medan Diduga Dibunuh Orang Dekat

Hakim PN Medan Diduga Dibunuh Orang Dekat

December 3, 2019
Jelang Nataru, Kemenhub Mengukur Ulang Kapal bagi 124 Unit Kapal Danau Toba

Jelang Nataru, Kemenhub Mengukur Ulang Kapal bagi 124 Unit Kapal Danau Toba

December 3, 2019
Korupsi Wali Kota Medan, KPK Cegah Saksi Swasta ke Luar Negeri

Korupsi Wali Kota Medan, KPK Cegah Saksi Swasta ke Luar Negeri

November 30, 2019
Merokok Sembarangan, 18 Warga di Medan Disidang

Merokok Sembarangan, 18 Warga di Medan Disidang

November 30, 2019
Jelang Oprasi Lilin, Ditlantas Sumut Kekurangan Personil

Jelang Oprasi Lilin, Ditlantas Sumut Kekurangan Personil

November 29, 2019
Toba Berita
No Result
View All Result
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • North Korea
      • China
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United States
    • United Kingdom
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Free Speech
      • Democracy
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health & Fitness
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports
Tuesday, April 13, 2021
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • North Korea
      • China
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United States
    • United Kingdom
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Free Speech
      • Democracy
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health & Fitness
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports
No Result
View All Result
Toba Berita
No Result
View All Result

Dari Rumah Makan, Tukang Jagal Takut Rabies, Stroke Akibat Makan Anjing Hingga Mitos Digonggong (2)

February 24, 2018
in Culture, Food & Drink, Health & Fitness, Sumatra Utara News
0
Home Culture
Post Views: 351

 

Ternyata banyak cerita tentang efek negatif mengkonsumsi anjing hingga ada yang stroke.

Bahkan dampak rabies juga membuat tukang jagal asu begitu ketakutan untuk memotongnya hingga mengenal tanda rabies.

Di Pajak Pancurbatu di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, anjing-anjing yang dijajakan terbungkus karung dan terikat tali. Tak jauh dari situ ada anjing-anjing berjejal di dalam kandang dari kawat atau besi.

Mereka dijual untuk dikonsumsi dengan harga mulai Rp 40.000 per kilogram.

Di Medan, berbagai rumah makan dan lapo tuak yang menyajikan hidangan daging anjing tersebar. Meski terang-terangan menjual menu daging anjing, banyak pemilik warung yang enggan berbicara dan ketakutan. Begitu pula penikmatnya.

Namun, ada juga para penikmat yang secara terbuka mengakui alasan mereka menyukai menu daging anjing. Apa kata mereka?

Arman Peranginangin (43) mengaku sudah makan daging anjing dari kecil. Di keluarganya, kebiasaan menyantap menu daging anjing ditularkan dari ayahnya.

Keluarganya dikenal ke seluruh kampung karena sering memotong anjing dan mengundang para tetangga untuk ikut menyantapnya.

“Dari kecil, aku sudah makan daging anjing, minimal sebulan sekali. Gara-gara suka memotong anjing, kami jadi terkenal di kampung. Apalagi, ayahku suka mengundang para tetangga kami,” kenangnya.

Kebiasaan masa kecil ini terus terbawa hingga sekarang.

“Kebiasaan ini tak bisa kutinggalkan. Bawaan badan dan hati kayaknya harus makan daging anjing aku. Itu pun sudah kukurangi. Maklum, usia makin tua, ketahanan fisik menurun. Sekarang kalau sudah kebanyakan makan daging anjing, kepalaku pusing dan pundak terasa berat. Sebelumnya, sikat terus,” kata Arman.

Ayah satu anak yang tinggal di kawasan Johor, Kota Medan, ini mengaku tidak seperti ayahnya yang memotong sendiri anjing yang hendak mereka makan. Arman memilih makan di rumah makan khas Karo yang biasa juga menyajikan menu babi panggang karo (BPK) yang menyediakan daging anjing.

“Aku suka kali daging anjing panggang. Sekali makan bisa dua porsi, satu porsi dagingnya dan satu porsi lagi bagian dalam, hati, usus, dan jantung. Sekali makan habislah Rp 50.000,” ucapnya.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai eksportir karet ini mengaku hapal lokasi rumah makan yang menyediakan menu daging anjing yang enak di sekitar Kota Medan dan Kota Binjai, dan dia lebih suka menyantap daging anjing sebelum matahari terik, sekitar pukul 10.00 pagi.

“Dagingnya harus segar, baru dipotong, bukan sisa kemarin. Pernah ketahuan aku pemilik rumah makan mencampur dagingnya, marah aku. Heran yang punya rumah makan, kok tahu aku. Sejak itu, selalu dikasihtahunya aku sebelum disajikan,” ucapnya.

Sementara itu, Damai Mendrofa yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, mengatakan, dia sekeluarga percaya bahwa daging anjing membawa manfaat.

”Untuk anak-anak, daging anjing menyembuhkan demam. Untuk orang dewasa, menambah daya tahan tubuhnya,” tuturnya.

Di daerahnya, peminat daging anjing cukup banyak. Harga daging anjing yang masih hidup sekilonya sekitar Rp 25.000. Sementara menu daging anjing yang sudah masak harganya Rp 15.000 seporsi.

“Satu porsi itu sedikit, hanya sepiring kecil. Kalau pas selera, enaknya digoreng dan dimasak pakai bumbu saksang. Terus makannya pakek(pakai) sambal cabe, potongan asam dan kecap asin,” kata Damai.

Pedangan anjing di Pasar Pancurbatu, Sumatera Utara(KOMPAS.com/Mei Leandha) ()

Seusai menyantap hidangan tersebut, ayah tiga anak ini mengaku merasakan hangat di sekujur tubuh. Dia lebih menyukai daging anjing daripada babi.

Damai menjelaskan, daging anjing lebih berserat ketimbang daging babi. Memang, daging anjing bisa lebih amis, namun mereka yang sudah terbiasa mengolahnya bisa membuat menu daging anjing tanpa bau amis.

Dia mengaku tidak takut dengan ancaman rabies jika salah memakan daging anjing yang terjangkit penyakit anjing gila itu.

“Rabies itu kalau yang makan anjing gigit anjing lain, rabieslah anjingnya,” ungkapnya.

 Para “pemain” anjing 

Aritonang (57) sedang asyik memecah batu sisa proyek drainase saat ditemui di depan rumahnya di Jalan Pendidikan, Kecamatan Sunggal, Kota Medan. Mantan pemborong bangunan ini terus mengepulkan asap dari rokok yang diisapnya.

Aritonang adalah seorang jagal asu, istilah untuk mereka yang bekerja memotong anjing untuk dikonsumsi. Dia mengaku, baru 10 tahun ini menggeluti usaha menjadi pengepul dan pemotong anjing.

Dia mengaku hanya menampung ras anjing kampung yang kondisinya baik dan bersih. Berumur belum setahun, bukan anjing yang masih menyusui dan “lepas netek” atau tua.

“Kusuruh bawa pulang kalau yang diantar bayi anjing, payah ngurusnya, buat repot saja. Gitu juga kalau kondisinya kurus, kurikan (kulitnya penuh kudis), jelek, buat apa? Apalagi yang mau dimakan?” ucapnya.

Seekor anjing yang layak dihargai mulai Rp 200.000. Kalau sudah dipotong, harga daging anjing per kilogram dia jual sekitar Rp 50.000. Paling murah adalah bagian kepala, harganya sekitar Rp 40.000.

Langganannya adalah beberapa rumah makan khas Batak dan kedai BPK di kawasan Simpang Selayang. Kalau sedang banyak pasokan, dia akan menjualnya ke Pajak Sambu. Di pasar tradisional tersebut, ayah enam anak ini juga sudah memiliki pelanggan tetap.

“Tapi sekarang lagi kosong barang, sudah dua minggu tidak ada anjing. Untung aku beternak babi, ada dua ekor babiku untuk dijual pas Natal dan Tahun Baru ini,” kata kakek 12 cucu itu.

Dia bercerita, sebelum menderita stroke ringan sejak dua tahun lalu, dia adalah pemakan daging anjing yang kuat.

Selain terbukti mampu menyembuhkan penyakit demam berdarah dan kulit, daging anjing juga bagus untuk laki-laki. Sekarang, mencicipi sedikit saja daging anjing yang sudah diolah membuatnya langsung kesakitan.

“Langsung sakit kepala, enggak tahan aku. Udah enggak kuat lagi sejak stroke ini, faktor usia juga. Gara-gara terlalu banyak makan daging anjinglah makanya stroke aku,” kata Aritonang.

“Tapi anak-anakku masih makan daging anjing, cucu-cucuku kukasih sop kepala anjing biar enggak kena demam berdarah. Daging anjing itu kan panas, cocok untuk demam berdarah, ini paling kuat obatnya karena langsung menaikkan trombosit,” ungkapnya.

Pedagang anjing di Pasar Pancurbatu, Sumatera Utara (KOMPAS.com/Mei Leandha) ()

Di Kota Medan, Aritonang mengatakan, banyak sekali “pemain anjing”, mulai dari KM 13 Jalan Medan–Binjai, pinggiran kota mulai Amplas, Belawan, Kutalimbaru, sampai Pancurbatu.

Namun, tidak semua pasar di Kota Medan menjual daging anjing. Biasanya pajak (sebutan untuk pasar di Sumatera Utara) yang pasti menjual daging anjing adalah Pajak Sambu, Simpanglimun, dan Pancurbatu. Peminat dagingnya mayoritas etnis Batak dan China.

“Banyak peminatnya. Orang China suka anjing, tetapi orang itu makannya pakai ramuan, obat mereka. Tapi tetap saja, harga daging babi yang lebih mahal, bukan anjing,” ucapnya.

Dia mengaku sering mendapati anjing yang menderita rabies. Tanda-tandanya adalah ekornya tidak berdiri tegak dan matanya merah. Menurut Aritonang, anjing rabies sulit dieksekusi karena para penjagalnya takut digigit dan terserang rabies.

“Mengamuk kalau mau dipotong, takut kita, kalau tak hati-hati tangan kita yang digigitnya,” ujar dia.

Sepanjang kariernya menjadi pengepul dan jagal asu, dia juga kerap menemukan anjing jenis herder dan saint-bernard seperti dalam film Beethoven yang dijual pemiliknya karena pemiliknya sudah tak mau memelihara lagi.

Namun, Aritonang menolaknya karena daging anjing jenis ras itu tidak laku dan dagingnya tidak enak.

Olahan daging anjing

Di tempat terpisah, Sinulingga, pemilik RM Sinulingga, ramah menyambut tamu yang datang. Rumah makan yang hanya menyediakan menu daging anjing ini berada di Jalan Ngumban Surbakti, Medan.

Sinulingga mengangguk saat ditanyakan bahwa banyak orang menilai racikan menu daging anjing ala Batak lebih diminati ketimbang dengan bumbu Karo. Alasan dia, orang Batak memiliki lebih banyak variasi olahan daging anjing.

Menu daging anjing ala Karo yang paling terkenal adalah kidu-kidu, tanggo-tanggo (daging dengan potongan besar-besar), panggang B1, lomok-lomok (atau saksang), dan sop.

Kidu-kidu adalah daging anjing yang dicincang halus, diberi bumbu, kemudian dimasukkan ke dalam usus, mirip sosis. Paling banyak disukai adalah kidu-kidu dan panggang.

“Buat kidu-kidu itu yang susah buatnya, harus potong tiga ekor anjing biar dapat lemak-lemaknya,” ungkapnya.

Sinulingga mengatakan, satu ekor anjing biasanya memiliki berat 5-8 kilogram. Kalau sudah dibersihkan dan dipotong-potong, daging utuhnya cuma 2 kilogram.

“ Anjing itu lebih banyak tulangnya. Terus, jumlah anjing yang dijual terbatas. Kalau kami potong pagi dan kurang, tak bisa lagi kami nambah daging. Kalau babi, masih banyak di pasaran,” katanya.

Di warungnya, semua menu B1 harganya Rp 20.000 per porsi berikut daun ubi dan pepaya rebus. Harga itu di luar harga nasi.

Minum penyertanya biasanya nira dan Badak, minuman bersoda rasa sarsaparila yang diproduksi pabrik asal Siantar. Ayah dua anak ini membuka warungnya mulai pukul 10.00 sampai sore.

Pedagang anjing di Pasar Pancurbatu, Sumatera Utara (KOMPAS.com/Mei Leandha) ()

Saat ini, setiap hari Aritonang memotong satu ekor anjing, jauh berkurang saat usahanya berdiri tiga tahun lalu. Saat itu, setiap hari dia paling sedikit memotong dua atau tiga ekor anjing. Kalau tidak membeli anjing yang dijual langsung pemiliknya, dia membeli ke pasar.

“Harga daging anjing juga naik turun, kalau lagi kosong, bisa Rp 55.000 per kilogram. Kadang, kalau orang pesan sama aku, Rp 70.000 juga kujual. Namun, jika harga daging sedang mahal, harga tiap porsi tidak akan naik, untung sedikitlah,” ucap pria bertubuh gempal ini.

Menurut warga kompleks Setia Budi Raya, Tanjung Sari, Kota Medan, ini, semua bagian tubuh anjing bisa dimakan, kecuali gigi dan kotorannya.

Menu B1 yang tersedia di warungnya juga tidak berbeda dengan warung-warung lain. Soal daging anjing, dia memilih anjing yang muda untuk dipanggang agar mudah dikunyah.

Tak peduli ukurannya besar atau kecil. Syaratnya, biasanya anjing berusia 6-10 bulan, bebas rabies, dan jenis anjing lokal atau kampung saja.

“Saya bilang sama penjualnya, kasih yang bagus, jangan yang rabies. Daging anjing muda lebih berlemak dan manis. Anjing yang umurnya setahun lebih sudah keras dagingnya, sudah gak enak,” ujar dia.

Setiap hari, satu ekor daging anjing habis terjual. Namun, dia lagi berpikir untuk kembali menjual menu daging babi seperti yang pernah dilakukannya sejak 1994 sampai 2013 di Simpang Pencawan, Padang Bulan, Medan.

Tidak tega

Sinulingga mengatakan, meski lebih untung membeli anjing hidup dan memotongnya sendiri, saat ini Sinulingga lebih sering membeli saja ke pasar. Dia mengaku kasihan dan tidak tega saat hendak memotongnya.

Dia bercerita, pernah membeli seekor anjing yang akan dipotongnya keesokan harinya. Sehari sebelumnya, anjing tersebut terus bergelayut di kakinya seakan minta dikasihani.

“Mata anjing itu mata minta dikasihani. Makanya kalau mau kita potong, ditutup kepalanya pakai karung biar engak nampak kita,” katanya.

Soal mitos bahwa anjing selalu menggonggong orang-orang yang mengonsumsi daging anjing, Sinulingga percaya.

“Betul itu, aku begitu. Aku lewat saja digonggong anjing. Kadang didekatinya kita, terus menjauh dia sambil mengonggong, tidak digigitnya. Apalagi tukang jagal anjing, dikejar. Mungkin bau keringat kita terasa sama anjing itu,” ungkap Sinulingga.

Source :
Tribun
Tags: Anjingmitos
Next Post
Masa JR Saragih dan Ance padati Kantor Bawaslu Sumut

Masa JR Saragih dan Ance padati Kantor Bawaslu Sumut

Translate

Popular Post

Kemenhub Bangun Empat Bus Air
Featured

Kemenhub Bangun Empat Bus Air

March 10, 2020
0

  Dalam mendukung terlaksananya kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Jayapura Provinsi Papua serta percepatan pembangunan di wilayah Kawasan...

Read more
Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Danau Toba Jumat 13 Maret

Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Danau Toba Jumat 13 Maret

March 10, 2020
Jokowi Teken Perubahan Nama Kabupaten Toba Samosir Jadi Toba

Jokowi Teken Perubahan Nama Kabupaten Toba Samosir Jadi Toba

March 10, 2020
Benarkah perusahaan di Indonesia mendanai gerakan separatis Papua?

Benarkah perusahaan di Indonesia mendanai gerakan separatis Papua?

March 10, 2020
Aksi Protes terhadap PT Toba Pulp milik grup APRIL terus berlanjut

Aksi Protes terhadap PT Toba Pulp milik grup APRIL terus berlanjut

March 6, 2020
  • About Us
  • Creative Commons
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Terms & Conditions
  • Contact Us

Topics

Follow Us

About Us

Toba Berita is part of Toba Berita Media Group LLC, which delivers daily news around the globe.

© 2011 Toba Berita

No Result
View All Result
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • North Korea
      • China
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United States
    • United Kingdom
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Free Speech
      • Democracy
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health & Fitness
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports

© 2011 Toba Berita