Aksi protes oleh kelompok aktivis lingkungan terhadap PT Toba Pulp Lestari terus berlanjut. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini sebelumnya dikenal sebagai PT Inti Indorayon. Dimiliki oleh keluarga taipan Indonesia Sukanto Tanoto, perusahaan ini juga mencatat sejarah panjang konflik dengan pemerintah Indonesia dan masyarakat lokal.
Berada di bawah naungan Grup RGE yang meliputi PT Toba, Asian Agri dan APRIL yang kontroversial, perusahaan ini sering jadi berita karena tersandung banyak kasus hukum. Salah satunya adalah penipuan pajak terbesar dalam sejarah Indonesia. Aksi protes WALHI menunjukkan masalah pajak masih menjadi masalah di perusahaan tersebut. Menurut keterangan ‘orang dalam’, Grup RGE merupakan investasi beresiko tinggi karena manajemen bersikap lemah terhadap staf, kontraktor, dan masyarakat. Aktivis sependapat dan secara teratur terus memperingatkan publik dan pasar tentang resiko melakukan bisnis dengan APRIL dan APP.
Perusahaan tersebut digugat oleh mantan CEO di Singapura karena melanggar kontraknya dan menyarankan penyelidikan pajak baru terhadap beberapa manajer. “Perusahaan ini tidak memiliki reputasi baik,” kata seorang mantan kontraktor. “Ada budaya membangun ketakutan dan intimidasi staf yang lazim dilakukan. Banyak orang yang membangun kesuksesan APRIL, Toba dan Asian Agri pergi karena mereka tidak percaya dengan kepemimpinan saat ini.” tambah ‘si orang dalam’. “Bahkan karyawan bergaji tinggi pun pergi atau mengundurkan diri.”
Perusahaan ini menjalani restrukturisasi manajemen sejak Anderson Tanoto mengambil alih kursi kepemimpinan. “Gambaran dirinya seperti tipe orang Asia kaya yang gila balap mobil, bersepeda motor di Bali, dan naik helikopter untuk menutupi kurangnya pengalaman sebagai seorang eksekutif senior.”
Para manajer baru adalah dua mantan perwira Angkatan Darat dari Singapura, seorang mantan akuntan yang dipromosikan menjadi pimpinan APRIL, dan seorang akademisi yang sekarang seorang Presiden Direktur di Indonesia. Mengandalkan kekuatan militer dalam bisnis di Indonesia tanpa pengalaman industri sebenarnya hanya membawa sikap ‘Asal Bapak Senang’ di perusahaan. Tak terkecuali di APRIL.
“Memiliki pengalaman militer bukanlah jaminan untuk sukses dalam bisnis yang sangat kompleks,” kata orang dalam industri kertas. “Lihatlah APP, penunjukan mantan kepala Intelijen SAF belum meningkatkan penjualannya.” Produk-produk APP ditarik dari toko-toko di Singapura setelah perusahaan terbukti melanggar standar lingkungan. APRIL lolos dari proses itu di Singapura.
Perselisihan pahit antara APP dan mitra usaha patungan di Brasil dipandang sebagai ujian bagi generasi pemimpin baru di APP dan APRIL. Manajemen baru APRIL, mantan akuntan Praveen Singhavi, sekarang presiden Grup APRIL, mengaku bahwa perusahaan seperti PT Toba sedang diganggu oleh tuduhan masyarakat. Banyak mantan dan karyawan saat ini memandang buruk perilaku Singhavi. Di bawah kepemimpinannya, terjadi eksodus orang-orang terpercaya.
“Saya harus menyenangkan (kantor) Singapura dan Jakarta,” kata Singhavi. Banyak keputusan diambil berdasarkan keinginan menyenangkan pemilik, kata sumber lain kepada seorang reporter. “Dia dipromosikan dua tingkat di atas kemampuannya, dan tiga tingkat di atas keahliannya.” sumber tersebut menambahkan.
Aksi protes yang dilakukan WALHI (versi Indonesia dari organisasi lingkungan Friends of the Earth), mencerminkan PT Toba yang sering bermasalah di masa lalu dan masa depan yang tidak pasti. Para aktivis dan pengunjuk rasa di daerah setempat meminta pemerintah Presiden Jokowi meninjau kembali posisi pemerintah terhadap pelanggaran pajak oleh perusahaan itu.
Ada juga masalah ketenagakerjaan dan seruan kepada pemerintah untuk membentuk serikat demi memenuhi hak-hak pekerja. Aktivis mendesak perusahaan untuk mengakui dan menjalankan hak-hak adat masyarakat sekitar. Pasalnya PT Toba telah dituduh melanggar hak-hak adat di dalam lahan konsesi.
Kedua raksasa kertas Indonesia mengendalikan sekitar 80 persen permintaan kertas dan bubur kertas global. Para pejabat di Eropa sejak lama mempertanyakan akumulasi kekuasaan di tangan dua keluarga bisnis Indonesia tersebut, benarkah tindakan mereka sudah melanggar undang-undang antimonopoli dan anti-persaingan Uni Eropa. Aktivis berpendapat protes terbaru mereka terhadap PT Toba untuk terus mempertanyakan kelayakan model bisnis grup APRIL.